Saturday, November 27, 2010

Korban Tewas Tragedi Buol Jadi Sembilan Orang

[ Minggu, 05 September 2010 ]

Aktivis Usul Bentuk Tim Independen

JAKARTA - Insiden kerusuhan dan penembakan di Buol, Sulawesi Tengah, memicu keprihatinan para aktivis hak asasi manusia (HAM) di Jakarta. Mereka menilai kerusuhan yang merenggut tujuh nyawa warga sipil tersebut bisa masuk kategori pelanggaran berat HAM.

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) mendesak pemerintah segera membentuk tim independen untuk mengusut peristiwa itu. Tim tersebut dinilai penting karena warga sudah tidak percaya terhadap polisi.

Koordinator Kontras Haris Azhar menyatakan, tim tersebut penting dibentuk karena hingga saat ini belum ada perkembangan berarti dalam penyelesaian kasus itu. Meski tim yang dipimpin Wakapolri Komjen Pol Jusuf Manggabarani sudah dikirim ke lokasi kerusuhan, dia menilai belum cukup.

Menurut Haris, tim independen tersebut harus terdiri atas sejumlah unsur, termasuk warga sipil. ''Idealnya, ada warga sipil, anggota kepolisian, Kompolnas (Komisi Kepolisian Nasional), dan Komnas HAM,'' katanya kemarin (4/9). Selain itu, untuk mewakili masyarakat sipil, tim tersebut harus melibatkan warga lokal Sulawesi Tengah.

Lebih lanjut Haris menuturkan, tim tersebut bisa diberi wewenang untuk memeriksa dugaan penyiksaan terhadap Kasmir. Tim juga harus menyelidiki korban tewas yang diduga tertembak aparat saat kerusuhan di Mapolsek Biau. Bahkan, dugaan pemukulan terhadap pegawai rumah sakit oleh anggota Brimob harus dituntaskan. ''Kami yakin Kasmir tewas secara tidak wajar,'' ujarnya.

Kontras juga menyayangkan penambahan pasukan Brimob dan TNI di Buol. Menurut dia, penambahan pasukan tersebut terkesan sebagai upaya polisi untuk mengalihkan isu seakan terjadi kerusuhan hebat. Padahal, kasus itu adalah bentuk ketidakpercayaan masyarakat kepada polisi. ''Karena itu, kami minta (pasukan tambahan) harus ditarik secepatnya untuk menghindarkan ketegangan,'' ujarnya.

Di tempat terpisah, Wakadivhumas Mabes Polri Kombespol Ketut Yoga Ana meminta semua pihak menunggu hasil investigasi tim yang dibentuk Mabes Polri. ''Siapa bilang kami tidak serius? Kalau Wakapolri yang dikirim, itu berarti sangat serius,'' tegasnya.

Mantan Kabaghumas Polda Metro Jaya tersebut menyatakan, semua unsur polisi yang terlibat dalam insiden akan diperiksa. ''Menentukan tingkat kesalahan itu tidak bisa terburu-buru. Perlu waktu untuk menuntaskan investigasi secara menyeluruh,'' katanya.

Sementara itu, korban kerusuhan Buol bertambah. Supriyadi, 29, korban penembakan polisi yang dirawat sejak Selasa malam (31/8), mengembuskan napas sekitar pukul 0730 Wita kemarin (4/9).

Sebetulnya, Supriyadi akan dirujuk ke RSUD Undata. Namun, sebelum rencana itu direalisasikan, bujangan yang akan menikah setelah Lebaran itu meninggal.

Sejak dirawat di RSUD Buol, kondisi Supriyadi terus memburuk. Dia terkena tembakan pada kantung kemih. Selama dirawat di rumah sakit, dia harus dibantu pernapasan oksigen. Saluran infus terpasang di bagian lengan dan kakinya. Beberapa saat setelah meninggal jenazah warga Desa Diat Kecamatan Bukal tersebut dibawa oleh kerabatnya ke kampung halamannya.

Supriyadi dimakamkan pukul 14.00 di pekuburan keluarga Desa Diat, Kecamatan Bukal. Pemakaman juga dihadiri Kapolda Sulteng Brigjen Pol M. Amin Saleh dan Danrem 132 Tadulako Kolonel (Kav) Thamrin Marzuki dan Wakil Bupati Poso Ramli Kadadia. Kapolda menyampaikan sambutan sebelum pelepasan jenazah. Kapolda juga menyerahkan santunan kepada keluarga Supriyadi.

Meninggalnya Supriyadi menambah daftar korban jiwa dalam bentrokan polisi dan warga. Sebelumnya, delapan orang tewas dalam bentrokan tersebut. Para korban itu adalah Kasmir Timumun, 19; Amran S Abijolu, 18; Ridwan, 23; Herman, 23; Muslimin, 25; Rasyid Jufri, 41; dan Saktifan, 39.

Dalam perkembangan lain, sembilan korban yang mengalami luka tembak tiba di Bandara Mutiara Palu kemarin sore (4/9) dengan pesawat Expres Air yang dicarter khusus Pemkab Buol. Sebelumnya, pesawat sempat mendarat di Bandara Luwuk karena cuaca buruk akibat hujan desar dan awan tebal di Palu.

Enam mobil ambulans milik Polri dan RSUD Undata disiagakan di bandara. Begitu tiba, korban langsung dibawa ke RSUD Undata, Palu. Sembilan korban tembak itu adalah Rio Armando, 20, warga Kelurahan Kali dengan luka tembak dibagian pelipis kanan; Hamdani, 31, warga Kelurahan Leok I dengan luka tembak di bagian lengan dan tangan kiri; Noldy, 24, warga Kelurahan Leok I luka tembak di bagian punggung; Alimin, 40, warga Kelurahan Pajeko, luka tembak di bagian punggung dan leher; Iwan, 23, warga Desa Lamadong, luka tembak di betis kiri; Agus Salim, 24, warga Kelurahan Leok II dengan luka tembak di perut; Firman, 23, warga Kelurahan Leok II dengan luka tembak di perut; Syamsudin Monoarfa, 27, warga Kelurahan Leok I dengan luka tembak di mata kanan; dan Agus Rasyid, 30, warga Kelurahan Leok II dengan luka tembak di pantat. (kuh/rdl/c5/dwi)

No comments: