Monday, June 7, 2010

Mengenal Bintang-Bintang NBA Madness

Mengenal Bintang-Bintang NBA Madness
Dulu Tolong Kobe, Kini Bantu Yao Ming

Indonesia akan kedatangan lagi future star liga basket paling bergengsi di dunia, NBA. Trevor Ariza dari Houston Rockets bakal jadi tamu utama di NBA Madness Presented by Jawa Pos. Apa kehebatannya?

---

TREVOR Ariza bakal menjadi bintang keempat NBA yang mengunjungi Surabaya dalam dua tahun terakhir. Danny Granger, forward Indiana Pacers, menjadi bintang even resmi pertama NBA di Indonesia, tampil dalam sebuah klinik di Development Basketball League (DBL) Arena, Surabaya, pada 24 Agustus 2008.

Pada 2009, dua pemain lain NBA datang ke Kota Pahlawan. David Lee, center New York Knicks, menjadi bintang di NBA Madness Presented by Jawa Pos yang pertama. Lalu, Kevin Martin, yang waktu itu masih membela Sacramento Kings, datang sebagai pelatih di NBA-DBL Indonesia Development Camp 2009.

Di antara tiga pemain itu, Granger dan Lee langsung meraih sukses heboh begitu pulang ke Amerika. Keduanya langsung terpilih untuk masuk NBA All-Star. Sedangkan Martin menjadi top scorer pada awal musim 2009-2010, sebelum mengalami patah lengan.

Pada pertengahan musim 2009-2010 itu, Martin dikirim ke Houston Rockets. Di sana, dia pun mendapatkan kesempatan untuk meraih ketenaran. Di sana pula, Martin bermain bersama Trevor Ariza, yang sebentar lagi mengikuti langkahnya dan terbang ke Surabaya.

Ariza akan tampil di atrium Supermal Pakuwon Indah pada weekend penutup NBA Madness Presented by Jawa Pos, 1-4 Juli mendatang.

Di antara empat bintang itu, Ariza merupakan yang termuda saat tiba di Surabaya. Dia merayakan ulang tahun ke-25 pada 30 Juni, hanya dua hari sebelum tampil di Kota Pahlawan. Granger, Lee, dan Martin sama-sama berusia 26 tahun saat hadir di Surabaya.

Meski termuda, Ariza datang dengan nama yang lebih tenar daripada tiga pemain pendahulu tersebut. Penggemar basket "awam" sudah kenal dengan nama Ariza. Wajar, pada 2009 namanya memang sering disebut dan muncul di pemberitaan basket Indonesia.

Ketika itu, Ariza menjadi salah seorang pahlawan babak final NBA 2009. Kala itu, Ariza adalah pilar penting Los Angeles Lakers -tim paling kondang di NBA saat ini- dalam meraih gelar champion.

Ya, Lakers punya superstar bernama Kobe Bryant. Juga, punya superstar pendamping bernama Pau Gasol. Tapi, tanpa Ariza, Lakers mungkin tidak lolos ke final, apalagi menjadi jawara.

Penampilan Ariza pada playoff 2009 memang spektakuler. Peran sejatinya di Lakers adalah spesialis defense. Dia bertugas mengawal bintang-bintang utama lawan. Tujuannya, Kobe Bryant tidak kelelahan mengawal lawan dan bisa berkonsentrasi meraup poin. Tapi, ketika senjata-senjata utama Lakers kerepotan, Ariza juga bertanggung jawab mencetak poin-poin penentu.

Pada final 2009, melawan Orlando Magic, tembakan-tembakan tiga angka Ariza-lah yang membantu Lakers meraih kemenangan. Cincin juara pun dia kantongi.

Sukses menjadi jawara, Ariza lantas memutuskan untuk meninggalkan Lakers. Dia pindah ke Houston Rockets pada musim 2009-2010, menerima tawaran kontrak lima tahun yang bernilai total USD 33 juta (sekitar Rp 300 miliar) dari klub itu.

Ya, tawaran gaji besar merupakan pancingan besar. Tapi, kalau Ariza murni memburu duit, ada tawaran yang lebih besar dari Toronto Raptors. Bahkan, kalau mau aman, Lakers sebenarnya menawarinya kontrak dengan nilai setara.

Ariza memilih pindah ke Rockets untuk berkembang. Di Rockets, dia dijanjikan peran yang lebih besar. Selain itu, bersama Yao Ming, dia tetap punya kans meraih lagi cincin juara NBA. Mungkin tidak langsung, tapi mungkin juga tidak perlu menunggu terlalu lama.

"Saya bukan orang yang tamak. Lakers juga tahu bahwa saya bukan orang yang tamak," ucapnya seperti dikutip Houston Chronicles. "Saya ingin bermain untuk tim yang benar-benar menginginkan saya. Tim yang memberi saya peluang untuk mengembangkan kemampuan," lanjutnya.

Di Rockets, sepanjang musim reguler 2009-2010, Ariza benar-benar mendapatkan kesempatan lebih itu. Karena Yao Ming cedera dan harus absen total, Ariza menjadi salah satu senjata utama Rockets. Sang pelatih, Rick Adelman, benar-benar memberinya kebebasan untuk meraih hasil terbaik.

Alhasil, Ariza meraih statistik terbaik dalam karirnya. Yakni, mencatatkan rata-rata 14,9 poin, 5,6 rebound, dan 3,8 assist. Beberapa kali pula Ariza meraih catatan triple-double, yaitu menorehkan angka sepuluh atau lebih dalam tiga kategori di satu pertandingan (peringkat keempat di NBA).

Memang, Rockets gagal masuk playoff. Tapi, tim itu punya masa depan yang sangat cerah. Pada musim 2010-2011, Yao Ming dijadwalkan sudah kembali. Martin bakal jadi mesin poin. Plus point guard yang baru saja terpilih sebagai most improved player, Aaron Brooks, ditambah dengan Ariza dan power forward andal Luis Scola, Rockets akan menjadi lawan yang menakutkan musim depan.

Bukan hanya Ariza yang tak sabar. Martin pun tak sabar menjalani musim 2010-2011. "Tahun ini memberi kami banyak pelajaran. Membuat pemain seperti Aaron dan Trevor tumbuh lebih cepat. Ketika Yao nanti kembali, saya pikir kami bakal naik peringkat," ucap Martin

No comments: