Sepuluh Relawan Indonesia Pilih Tunggu Dua Koleganya
Pemulangan Para Relawan Korban Israel ke Tanah Air
JAKARTA - Proses pemulangan 12 relawan asal Indonesia yang menjadi korban kebrutalan pasukan komando Israel di Kapal Mavi Marmara terkendala persoalan teknis. Hingga tadi malam (3/6), KBRI di Amman, Jordania, belum mendapatkan kepastian tiket untuk memulangkan sepuluh relawan yang selamat dan dalam kondisi sehat ke tanah air.
Problem lain juga dialami dua relawan yang terluka asal Indonesia. Keduanya tertembak saat mengikuti misi kapal bantuan kemanusiaan Freedom Flotilla bagi rakyat Palestina di Jalur Gaza pada Senin lalu (31/5). Mereka dirawat di tempat terpisah. Okvianto Emil Baharudin sudah diterbangkan ke Istanbul, Turki. Sedangkan Surya Fahrizal masih dirawat di Haifa, Israel.
''Seat (kursi pesawat, Red) masih belum dapat. Meski begitu, presiden sudah memerintah saya untuk memulangkan mereka secepatnya,'' ujar Duta Besar RI untuk Kerajaan Jordania Zainulbahar Noor ketika dihubungi Jawa Pos dari Jakarta tadi malam.
Ketika diwawancarai, Zainul sedang rapat dengan sepuluh aktivis Indonesia untuk mematangkan masalah pemulangan. Dia menuturkan, sebagian besar aktivis dan relawan memilih untuk menanti kedatangan Surya yang sekarang dirawat di Ramban Hospital, Haifa, Israel. Sebelumnya, Surya dirawat di London Hospital, Haifa, karena terluka parah akibat penembakan tentara Israel.
Begitu Surya datang, kata Zainul, mereka akan bersama-sama menuju ke Istanbul, Turki, untuk bergabung bersama Okvianto sebelum kembali ke Indonesia. ''Semenit lalu, saya baru dikabari bahwa peluru sudah berhasil diangkat dari dada kanan Surya dan kondisinya sudah stabil,'' tuturnya.
Zainul mengucapkan terima kasih kepada Kerajaan Jordania yang aktif menyuplai informasi tentang kondisi Surya dari wilayah Israel. Termasuk, Raja Jordania Abdullah II secara pribadi menawarkan ambulans dan helikopter untuk membawa Surya dari wilayah Israel ke Amman, Jordania. ''Beliau menyatakan siap membantu apa pun bagi Indonesia dan kami sangat terkesan,'' ujar Zainul.
Sedangkan Okvianto berada di RS Bagcilardevlet, Hastanesi, Istanbul, Turki. Dia telah menjalani operasi pengangkatan peluru di bagian tangan kanan maupun operasi patah tulang. Kondisinya saat ini sudah stabil dan sedang menanti pemulangan. ''Saat saya telepon tadi, rencananya Okvianto masih harus menjalani perawatan hingga lima hari ke depan,'' kata Zainul.
Saat dihubungi di KBRI Amman, Ketua Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (Kispa) H Ferry Nur mengatakan bahwa kondisi fisiknya sudah membaik. Namun, secara psikis, dia agak trauma dengan serangan membabi buta oleh pasukan Israel itu.
Ferry mengisahkan, ketika terjadi penyerbuan itu, dirinya berada di dek lantai 2 kapal Mavi Marmara yang berbendera Turki. Aktivis asal Indonesia dan Malaysia bertugas mengamankan sisi kiri lantai dua kapal tersebut.
Pasukan Israel, ungkap dia, menyerang secara tiba-tiba. Mereka datang dengan dua kapal besar, enam speedboat, dan dua helikopter. Puluhan pasukan komando bersenjata lengkap berusaha menguasai kapal Mavi Marmara dan mengambil alih kemudi. ''Tapi, sebelumnya kami sudah siap dan mengenakan pelampung,'' kisahnya.
Menurut Ferry, Senin pukul 04.00 waktu setempat (pukul 08.00 WIB) dirinya dan beberapa aktivis dari negara lain melaksanakan salat Subuh berjamaah secara bergantian. Namun, pukul 04.15 pasukan Israel berupaya masuk ke dek kapal. Karena mendapat perlawanan, personel militer Israel memberondong para aktivis dengan peluru tajam. ''Beberapa aktivis yang masih salat Subuh di rakaat terakhir langsung terkapar akibat peluru pasukan zionis,'' jelasnya.
Aktivis Kispa lainnya yang ikut dalam rombongan itu, Hardjito Warno, mengisahkan bahwa penyerbuan berlangsung sekitar setengah jam dan akhirnya kapal dikuasai militer Israel. Ketika itu, para aktivis dan relawan Indonesia dipisahkan. Dua WNI tertembak, yakni Okvianto dan Surya, karena berupaya naik ke dek lantai 4. Di tempat itu terjadi serangan lebih brutal yang menewaskan delapan relawan.
Peluru menembus dada kanan Surya ketika dia berupaya mendapatkan foto eksklusif. Sedangkan Okvianto ditembak karena berupaya menyemprotkan selang air pemadam kebakaran kepada tentara Israel. Surya adalah wartawan majalah Suara Hidayatullah dan situs Hidayatullah.com. Sementara itu, Okvianto merupakan relawan dari Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (Kispa).
''Surya sempat mengatakan dadanya tidak sakit dan mengaku kedinginan, lalu saya ambilkan sarung. Kemudian, militer Israel mengambil alih perawatan,'' cerita Hardjito.
Ferry menambahkan, setelah tentara Israel menguasai kapal, para aktivis diborgol dan dikumpulkan di salah satu dek kapal Mavi Marmara. Selama 15 jam kapal itu terkatung-katung di laut. Setiap beberapa jam komposisi tawanan dipindah dari satu ruang ke ruangan yang lain. Akhirnya, pada Senin pukul 21.00, mereka mendarat di Ashdod, kota pelabuhan Israel. Selanjutnya, seluruh relawan dipindahkan ke ruang tahanan dan diinterogasi secara maraton. ''Bahkan, ada yang ditendangi dan diludahi mukanya,'' tutur Ferry
No comments:
Post a Comment