Gerakan Botanik Beri Harapan
Sementara itu, untuk indikator partisipasi publik, daerah tersebut juga harus puas dengan menempati peringkat ke-15 di antara 38 kabupaten/kota. Disusul indikator pelayanan administrasi pada peringkat ke-17 dan akuntabilitas publik di peringkat ke-19. Berikut ikhtisar terobosan Bondowoso.
Pelayanan Kesehatan: Kabupaten penghasil tape ini sebenarnya telah menciptakan terobosan dalam revitalisasi pelayanan kesehatan. Baik pelayanan di rumah sakit, puskesmas, maupun puskesmas pembantu. Namun, terobosan revitalisasi serupa juga dijalankan beberapa daerah lain dengan capaian yang relatif lebih baik. Konsekuensinya, perolehan nilai tambah penilaian di sektor ini tak terlalu mengangkat Bondowoso.
Pelayanan Administrasi: Rendahnya kepemilikan kartu keluarga (KK), kartu tanda penduduk (KTP), dan akta catatan sipil di daerah tersebut membuat dinas kependudukan dan catatan sipil mengadakan Tri Program Terpadu. Yaitu, pelayanan gratis, pelayanan kolektif, dan pelayanan di tempat dengan fasilitas mobil keliling.
Dengan terobosan tersebut, pemerintah daerah mengklaim telah terjadi peningkatan jumlah warga yang memiliki dokumen administrasi kependudukan. Hingga akhir 2009, di antara 583.976 wajib KTP, 536.631 orang atau sekitar 91,89 persen penduduk diklaim telah memiliki KTP.
Kemajuan Ekonomi: Daerah itu pun harus puas menempati peringkat ke-23 untuk indikator pemerataan ekonomi dan peringkat ke-33 untuk indikator pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi daerah yang baru mengembangkan Gerakan Botanik itu. Botanik adalah singkat dari ''Bondowoso sebagai Daerah Pertanian Organik''.
Sebagai daerah pertanian, rendahnya tingkat kesuburan tanah di kabupaten tersebut menjadi keprihatian tersendiri bagi bupati. Pada saat yang sama, populasi ternak sapi tercatat relatif tinggi. Berdasar data yang diperoleh peneliti JPIP, sedikitnya terdapat 135.891 ekor sapi yang menghasilkan 529.975 ton kotoran per tahun. Kondisi itulah, antara lain, yang memicu inisiatif kepala daerah untuk mengembangkan Gerakan Botanik.
Sanitasi dan Lingkungan Hidup: Daerah tersebut juga harus puas di peringkat buncit. Untuk indikator sanitasi, daerah itu menempati peringkat ke-28 dan indikator lingkungan hidup menempati peringkat ke-32.
Pertanyaannya kemudian, mampukah daerah tersebut mempercepat langkah agar publik segera merasakan dampak positif kebijakan dan terobosannya? Jika sektor pendidikan sudah diarahkan untuk berkembang sesuai potensi lokal, tantangan daerah itu ke depan adalah cara membangun sinergi lintas-sektor agar arah kebijakan pembangunan tidak bersifat parsial atau diwarnai ego sektoral.
Dalam sektor pendidikan, bobot kebijakan daerah dalam upaya mendekatkan pelayanan pendidikan kepada masyarakat di kawasan pinggiran dinilai publik telah berdampak cukup signifikan. Hal itu, antara lain, tecermin dari hasil survei publik sekaligus peningkatan capaian pada existing condition daerah. Karena pertimbangan tersebut, JPIP menetapkan daerah itu sebagai peraih Otonomi Award kategori utama (grand category) bidang pelayanan publik. (day/jpip/c5)
No comments:
Post a Comment